Bagaimana Pengalaman Awal Anak-Anak Dapat Membentuk Pemikiran Aljabar Mereka

Aljabar sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan abstrak yang dihadapi siswa di sekolah menengah atau tinggi. Tapi bagaimana jika kami memberi tahu Anda bahwa anak-anak dapat mulai mengembangkan pemikiran aljabar jauh lebih awal, bahkan sebelum instruksi formal? Dan bagaimana jika kami memberi tahu Anda bahwa pengalaman dan kegiatan sehari-hari mereka dapat memberi mereka sumber daya kognitif yang berharga untuk belajar aljabar?

Itulah gagasan utama di balik sebuah makalah baru oleh peneliti dari Boston University dan Northwestern University, yang mengusulkan perspektif baru tentang sifat dan perkembangan pemikiran aljabar. Mereka berpendapat bahwa pengalaman pra-instruksional anak-anak di masa kanak-kanak menjadi dasar bagi pemikiran aljabar dan merupakan sumber daya yang belum banyak dimanfaatkan dalam mengembangkan pemikiran aljabar siswa di kelas.

Peneliti menyebut sumber daya kognitif ini sebagai “benih pemikiran aljabar”. Mereka adalah pola berpikir yang diabstraksikan dari banyak interaksi dengan dunia dan orang lain dalam pengalaman awal anak-anak, sebelum instruksi formal. Mereka bersifat sub-konseptual dalam ukuran butir, yang berarti mereka lebih kecil daripada yang biasanya diidentifikasi sebagai konsep aljabar. Mereka juga diakui secara kontekstual, yang berarti mereka bukan proposisi yang benar atau salah dalam diri mereka sendiri, tetapi kelayakan mereka tergantung pada situasinya.

Makalah ini memberikan contoh dari tiga benih pemikiran aljabar: covariation schemes, inbetweeness, and closing-in atau skema kovariasi, keantaraan, dan mendekati. “Covariation schemes” adalah elemen pengetahuan yang membantu seseorang memprediksi efek dari mengendalikan suatu sebab (atau variabel independen). Misalnya, ketika bermain dengan alat musik bertali (misal gitar), anak-anak mungkin menyadari bahwa memutar pegs meningkatkan nada (dan melonggarkannya menurunkannya). “Inbetweeness” adalah elemen pengetahuan yang membantu mengatur pemikiran tentang lokasi nilai target di antara dua nilai lain yang diketahui. Misalnya, ketika mengukur tinggi badan mereka, anak-anak mungkin menyadari bahwa ada titik-titik selama musim panas di mana mereka mengambil semua nilai tinggi badan menengah. “Closing-in” adalah strategi untuk sengaja membuat batas-batas untuk menemukan tujuan. Misalnya, ketika bermain permainan “semakin panas—semakin dingin”, anak-anak mungkin menyesuaikan tebakan mereka berdasarkan umpan balik.

Makalah ini juga menunjukkan bagaimana benih pemikiran aljabar dapat dipanggil dalam penalaran di berbagai konteks, tingkat kelas, dan tingkat formalitas instruksi aljabar. Makalah ini menyajikan tiga contoh dari pengaturan yang berbeda: memrogram robot kecil untuk pergi jarak tertentu di kelas empat, menyelesaikan masalah kata aljabar di kelas tujuh, dan menemukan titik puncak parabola di kelas sembilan. Dalam setiap contoh, peneliti menunjukkan bagaimana benih pemikiran aljabar yang sama digunakan oleh siswa dengan cara yang berbeda, tergantung pada pengalaman dan umpan balik mereka.

Peneliti menyarankan bahwa perspektif mereka dapat menerangi perkembangan pemikiran aljabar dan menginformasikan instruksi aljabar, terutama bagaimana guru memperhatikan dan merespons pemikiran aljabar anak-anak yang berkembang. Mereka juga menyarankan bahwa perspektif mereka dapat membantu guru memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya siswa dalam kurikulum aljabar awal.

Makalah ini berjudul “Benih Pemikiran Aljabar: Peran Pengalaman Pra-Instruksional” dan diterbitkan di ZDM. Anda dapat membacanya di Seeds of algebraic thinking: a Knowledge in Pieces perspective on the development of algebraic thinking | SpringerLink

Sumber:
Levin, M., Walkoe, J. Seeds of algebraic thinking: a Knowledge in Pieces perspective on the development of algebraic thinking. ZDM Mathematics Education 54, 1303–1314 (2022). https://doi.org/10.1007/s11858-022-01374-2

Categories: Tak Berkategori | Leave a comment

Bagaimana AI dapat membantu skripsimu?

Skripsi atau tesis adalah karya ilmiah yang harus disusun oleh mahasiswa sebagai syarat kelulusan. Skripsi atau tesis menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian, menganalisis data, dan menyajikan hasilnya secara sistematis dan logis. Namun, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam merancang skripsi atau tesis yang berkualitas. Mereka sering bingung menentukan topik, merumuskan masalah, menulis latar belakang, memilih metode, dan sebagainya.

Salah satu solusi yang dapat membantu mahasiswa dalam merancang skripsi atau tesis yang berkualitas adalah memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) atau artificial intelligence. AI adalah teknologi yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti belajar, berpikir, dan berkomunikasi. AI dapat membantu mahasiswa dalam berbagai aspek, seperti:

  • Mencari topik yang relevan dan menarik. AI dapat mengakses berbagai sumber informasi, seperti jurnal ilmiah, buku, artikel, dan media sosial, untuk mencari topik yang sesuai dengan bidang keilmuan dan minat mahasiswa. AI juga dapat memberikan saran tentang gap penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian dari topik yang dipilih.
  • Merumuskan masalah penelitian. AI dapat membantu mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan atau di masyarakat yang berkaitan dengan topik penelitian. AI juga dapat membantu mahasiswa dalam menentukan variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan pertanyaan penelitian yang spesifik dan terukur.
  • Menulis latar belakang penelitian. AI dapat membantu mahasiswa dalam menulis latar belakang penelitian yang lengkap dan sistematis. AI dapat memberikan informasi tentang konteks penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan landasan hukum dari penelitian. AI juga dapat membantu mahasiswa dalam mengutip sumber-sumber yang relevan dan kredibel dengan menggunakan gaya sitasi yang sesuai.
  • Memilih metode penelitian. AI dapat membantu mahasiswa dalam memilih metode penelitian yang sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian. AI dapat memberikan saran tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pengujian hipotesis. AI juga dapat membantu mahasiswa dalam membuat instrumen penelitian, seperti kuesioner atau wawancara, yang valid dan reliabel.
  • Menyajikan hasil penelitian. AI dapat membantu mahasiswa dalam menyajikan hasil penelitian secara jelas dan menarik. AI dapat memberikan saran tentang cara membuat tabel, grafik, diagram, atau gambar yang sesuai dengan data yang diperoleh. AI juga dapat membantu mahasiswa dalam menafsirkan hasil analisis data, menjawab pertanyaan penelitian, menguji hipotesis penelitian, dan menyimpulkan temuan penelitian.

Dengan memanfaatkan AI dalam merancang skripsi atau tesis yang berkualitas, mahasiswa dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Mahasiswa juga dapat meningkatkan keterampilan akademik mereka dan menghasilkan karya ilmiah yang bermutu dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Categories: Tak Berkategori | Leave a comment

Tiga pandangan matematikawan masa lalu tentang sejarah dalam pengajaran dan pembelajaran matematika: Poincaré, Klein, dan Freudenthal

Subscribe to continue reading

Subscribe to get access to the rest of this post and other subscriber-only content.

Categories: Tak Berkategori

Menyambut Kehadiran AI di Dunia Akademis sebagai Powerful Tools

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti berkomunikasi, belajar, menyelesaikan masalah, dan berkreasi. AI telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai bidang, termasuk pendidikan.

Dunia akademis adalah salah satu sektor yang dapat memanfaatkan AI sebagai powerful tools untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran, penelitian, dan publikasi. AI dapat membantu para akademisi dan mahasiswa dalam berbagai hal, seperti:

  • Personalisasi pembelajaran. AI dapat menyesuaikan materi, metode, dan kecepatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap individu. AI juga dapat memberikan umpan balik dan evaluasi yang tepat dan objektif untuk meningkatkan hasil belajar. Contoh kursus yang sudah menerapkan teknologi AI seperti kursus Udemy, Google AI, Alison, Khan Academy, Duolingo, dan lainnya1.
  • Peningkatan aksesibilitas dan inklusivitas. AI dapat membantu para akademisi dan mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik, sensorik, atau kognitif untuk mengakses dan menikmati pendidikan yang berkualitas. AI dapat menyediakan fasilitas seperti pengenalan suara, sintesis suara, terjemahan bahasa, penyesuaian font dan warna, dan lainnya.
  • Optimalisasi proses administrasi. AI dapat mengotomatisasi dan menyederhanakan berbagai proses administrasi yang biasanya memakan waktu dan sumber daya, seperti pendaftaran, jadwal kuliah, absensi, penilaian, pengelolaan data, dan lainnya. AI juga dapat meningkatkan keamanan dan integritas data dengan menggunakan enkripsi dan verifikasi.
  • Pengembangan penelitian dan publikasi. AI dapat membantu para akademisi dan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan publikasi yang berkualitas dan inovatif. AI dapat membantu dalam proses pencarian literatur, pengumpulan data, analisis data, penyusunan hipotesis, penulisan makalah, pengeditan makalah, pengecekan plagiarisme, pengajuan jurnal, dan lainnya. Contoh AI yang sudah digunakan untuk tujuan ini adalah ChatGPT2, sebuah platform chatbot dan kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan karya tulis ilmiah seperti skripsi dan jurnal ilmiah.

Dengan demikian, AI merupakan powerful tools yang dapat membawa banyak manfaat bagi dunia akademis. Namun, AI juga menimbulkan beberapa tantangan dan dilema yang perlu diantisipasi dan diatasi oleh para pemimpin akademis3. Beberapa di antaranya adalah:

  • Etika dan moralitas. AI dapat menimbulkan masalah etika dan moralitas terkait dengan hak cipta, privasi, keadilan, tanggung jawab, akuntabilitas, transparansi, keselamatan, kesejahteraan, dan nilai-nilai manusia. Para pemimpin akademis perlu memastikan bahwa penggunaan AI sesuai dengan kode etik akademik dan tidak melanggar hak-hak dasar manusia.
  • Keterampilan dan kompetensi. AI dapat mengubah kebutuhan keterampilan dan kompetensi bagi para akademisi dan mahasiswa di era digital. Para pemimpin akademis perlu menyediakan fasilitas dan pelatihan yang memadai untuk meningkatkan literasi digital dan keterampilan abad ke-21 bagi para akademisi dan mahasiswa. Selain itu, para pemimpin akademis juga perlu mendorong pengembangan keterampilan humaniora yang tidak dapat digantikan oleh AI.
  • Kolaborasi dan koordinasi. AI dapat memfasilitasi kolaborasi dan koordinasi antara para akademisi dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, institusi pendidikan, negara, budaya, bahasa, dll. Para pemimpin akademis perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membangun jejaring kerjasama yang luas dan produktif dengan menggunakan teknologi AI.

Oleh karena itu, para pemimpin akademis perlu menyambut kehadiran AI di dunia akademis sebagai powerful tools dengan sikap positif namun kritis. Para pemimpin akademis perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memaksimalkan manfaat AI sekaligus meminimalkan risiko AI bagi dunia akademis.

Categories: Tak Berkategori | Leave a comment

Pengantar Psikologi Kognitif, Sensasi dan Persepsi

  1. Perbedaan psikologi, kognisi, ilmu kognitif, dan psikologi kognitif

Berdasarkan Soemanto (1988) psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan-hubungan antar manusia. Karena hubungan-hubungan antar manusia juga terwujud dalam bentuk tingkah laku, maka dapat dikemukakan sebuah definisi yang lebih singkat lagi: Psikologi ialah ilmu-ilmu tingkah laku manusia. Manusia adalah golongan makhluk yang tertinggi derajatnya.

Sementara itu, psikologi kognitif adalah studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental (solso, 2014). Secara sederhana studi tentang bagaimana orang biasanya berpikir disebut sebagai psikologi kognitif. Dalam pengertian lain, psikologi dapat dilihat sebagai studi tentang mekanisme yang menopang dinamika pikiran. Faktanya, psikologi kognitif memperhitungkan semua yang kita lakukan. Ada hubungan yang kuat antara kognisi dan psikologi kognitif. sebagian besar karena fakta bahwa begitu kita memikirkan sesuatu, kita sudah terlibat dalam aktivitas kognitif.

Menurut Solso (2014), kognisi adalah studi ilmiah tentang jiwa yang berpikir. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita memperhatikan dan memperoleh informasi, bagaimana informasi disimpan dan diproses di otak, dan bagaimana memecahkan masalah. Kognisi juga berfokus pada bagaimana informasi disimpan dan diproses di otak (masalah). Oleh karena itu, kognisi adalah cara berpikir yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan dan informasi.

Ilmu kognitif atau dikenal juga sains kognitif adalah studi antardisiplin dan ilmiah tentang budi dan kecerdasan. Ilmu kognitif meneliti sifat, tugas, dan juga fungsi kognisi (dalam arti luas). Ilmu kognitif meliputi metode psikologi, linguistik, filsafat, ilmu komputer, kecerdasan buatan, ilmu saraf, dan antropologi. (wikiwand.com, 2022)

  • Sejarah Singkat dan tokoh-tokohnya

Salah satu perhatian dalam sejarah adalah mengenai gagasan pertama adalah tentang dari mana pikiran dan ingatan berasal. Hieroglif Mesir kuno menunjukkan bahwa orang-orang yang membuatnya berpikir bahwa pengetahuan ada di dalam hati. Ini juga merupakan pandangan filsuf Yunani kuno Aristoteles, yang berbeda dengan pandangan gurunya Plato, yang menganggap bahwa pengetahuan ada di dalam otak.

Aristoteles Pengetahuan berpusat di hati

Plato Pengetahuan berpusat pada otak

Berdasrkan Solso, MacLin, & MacLin (2014) tedapat dua gagasan tentang bagaimana pengetahuan disimpan dalam pikiran yaitu pandangan empiris dan nativis. Kaum empiris mengatakan bahwa orang belajar dari hal-hal yang mereka lakukan dan lihat dalam hidup mereka. Seperti, semua yang kita tahu adalah sesuatu yang telah kita pelajari. Sementara itu, kaum nativis mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari cara otak dibangun. Dengan kata lain, kita sudah mengetahui beberapa hal ketika kita dilahirkan.

Continue reading
Categories: Tak Berkategori | Tags: , , | Leave a comment

Web Download Buku Sekolah Penggerak

Berikut adalah link untuk mengunduh buku sekolah penggerak tingkat SD hingga SMA pada web SIBI ( Sistem Informasi Perbukuan Indonesia) yang dikelola kemdikbudristek

https://buku.kemdikbud.go.id/buku-sekolah-penggerak

Categories: Tak Berkategori | Tags: , , , , , , , , , | Leave a comment

Kerangka (framework) PISA 2022 OECD

Sumber: https://pisa2022-maths.oecd.org/

Kerangka matematika PISA 2022 mendefinisikan dasar-dasar teoritis penilaian matematika PISA berdasarkan konsep dasar literasi matematika, menghubungkan penalaran matematis dan tiga proses siklus pemecahan masalah (pemodelan matematika). Kerangka tersebut menjelaskan bagaimana pengetahuan konten matematika diatur ke dalam empat kategori konten. Ini juga menjelaskan empat kategori konteks di mana siswa akan menghadapi tantangan matematika.

Penilaian PISA mengukur seberapa efektif negara mempersiapkan siswa untuk menggunakan matematika dalam setiap aspek kehidupan pribadi, sipil, dan profesional mereka, sebagai bagian dari masuarakat abad ke-21 yang konstruktif, terlibat, dan reflektif.

lebih lengkap silakan KLIK LINK INI.

Categories: Tak Berkategori | Tags: , , , , , , , | Leave a comment

Download Modul Literasi Numerasi Kemdikbud tingkat SD

KLIK LINK INI

Modul ini dikembangkan oleh pusmenjar kemdikbudristek untuk digunakan oleh siswa, orang tua dan guru di jenjang SD dalam memfasilitasi pembelajaran siswa . Modul ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk mengembangkan perangkat ajar lain dalam upaya memfasiliatsi siswa untuk belajar dalam kondisi khusus. Modul ini dikembangkan dengan merujuk pada Kompetensi dasar dalam Penyederhaan kurikulum namun aktivitas pembelajaran di optimalisasi untuk mencapai kompetensi lilterasi dan numerasi pada semua mata pelajaran.

Siapa yang membuat modul ini?

Rangkaian modul ini dikembangkan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran dengan melibatkan ahli di bidang pendidikan khususnya literasi dan numerasi sebagai pengarah materi dan penulis serta para ilustrator di bidang buku cerita anak.

Categories: Tak Berkategori | Tags: , , , , | Leave a comment

Covid 19 dalam pendidikan matematika

tentunya wabah covid 19 yang sekarang ini sedang melanda di hampir seluruh negara memiliki hubungan erat dengan konten pendidikan terutama pendidikan matematika (bagi para pendidik atau guru). apa saja itu? langsung cek link di bawah yaa

https://www.nctm.org/Coronavirus-and-Pandemics-Math-Resources/?fbclid=IwAR12Lht_-8lmhSUupsFnNLsoXWguCQ539bByPvgqde1X6i32Ad-SNRvfs2M

Categories: Tak Berkategori | Leave a comment

Learning pythagorean theorem from ancient China: A preliminary study

A D Fachrudin1, R Ekawati2, A W Kohar2, S Widadah1, I B Kusumawati1 and R Setianingsih2

Abstract

In this article, we explore how History of the Pythagorean theorem, especially from ancient China, as a source of inspiration for learning design. Based on historical examples and problem solving from the history of mathematics, we try to arrange instructional tasks for seventh-grade secondary education students and how its role in supporting students’ understanding of Pythagorean theorem. We focus on explaining the preliminary studies or the first phase of the three main phases in design research. The basic idea of instructional design is to introduce historical geometric diagrams and solve the right triangle problem in the manner of Liu Hui (3rd century CE). The purpose of introducing geometric diagrams is to connect students’ symbolic algebraic thinking with visual thinking about geometric shapes especially in the case of right triangles. In this study, we also conducted interviews and debrief sessions with teachers and tested the student’s history-based tasks to several students for initial investigation in the matter of developing the Hypothetical Learning Trajectory. Results of this study show that teachers have a positive response toward the history-based instructional task developed. On the other hand, we find the resolution of Right Triangles problems with diagrams by the students involving three steps: translation, transformation, and diagrammatic reasoning.

Full Paper silakan klik di sini

Categories: Tak Berkategori | Tags: , | Leave a comment